Minggu, 19 Agustus 2012

ADAB & AKHLAK PENUNTUT ILMU

 
BAB I

KEUTAMAAN MEMPELAJARI KEUTAMAAN ILMU  
 
          Rosululloh shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menerangkan tentang islam,termasuk di dalamnya masalah adab. Beliau shalallohu  'alaihi wa sallam telah mengajarkan adabdan segala sesuatu dengan jelas hingga adab buang air pun beliau shalallahu 'alaihi wa sallam jelaskan. Diantara adab yang beliau ajarkan adalah ihklas dalam menuuntut ilmu, ikhlas dalam mengamalkan ilmu, dan ikhlas dalam mengerjakan dan mendakwahkan ilmu. Begitu pula para sahabat dan tabi'in, mereka menasehati agar setiap Muslim dan Muslimah memperhatikan adab-adab dalam nenuntun ilmu, agar ilmu yang dikaji dan dipelajari menjadi ilmu yang bermanfaat.

          Akhlak dan adab yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: 
"Tidak ada suatu pun yang lebih berat timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang lebih baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor." (RH.At-tirmidzi)

          Jadi, seorang seorang penuntut ilmu wajib mengetahui dan mempelajari adab-adab menuntut ilmu yang harus ia kuasai. Seorang penuntut ilmu wajib beradab dan berakhlak yang mulia, dia wajib mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

BAB II

ADAB SEORANG MUSLIM DALAM MENUNTUT ILMU
1.  MENGIKHLASKAN NIAT MENUNTUT ILMU.
          Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta'ala, dan seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah Ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

              وَمَاأُمِرُواإِلَّالِيَعْبُدُوااللَّهَمُخْلِصِينَلَهُالدِّينَحُنَفَاء وَيُقِيمُواالصَّلَاةَوَيُؤْتُواالزَّكَاةَوَذَلِكَدِينُالْقَيِّمَةِ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS.Al-bayyinah:5). 
          Menuntut ilmu syar'i adalah ibadah yang paling agung dan mulia di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, karena itu wajib ikhlas dalam menuntut ilmu semata-mata karena Allah ta'ala. Menuntut ilmu bukan karena Allah ta'ala termasuk dosa besar,penyebab terhalangnya dari aroma surga, dan Allah ta'ala menyediakan adzab yang pedih bagi orang yang meniatkannya bukan karena Allah ta'ala.
          Kita juga tidak boleh menuntut ilmu dengan tujuan untuk berbantahan dengan ulama atau membantah orang-orang yang bodoh, atau kitamerasa lebih hebat dalam suatu majelis. Barang siapa yang melakukan demikian  maka berhati-hatilah terhadap neraka.

2.  MEMOHON ILMU YANG BERMANFAAT KEPADA ALLAH TA'ALA.
          Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam mencari ilmu serta selalu butuh padaNya.
         Diantara do'a yang Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam ialah, 

          اَللَّهُمَّ إنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً 
 “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” 

          Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam menganjurkan kita untuk memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat. Karena banyak kaum muslimin  yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam, ilmu hukum sekuler, dan lainnya.

3. BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MENUNTUT ILMU.
           Kita akan mendapat kan ilmu yang bermanfaat -dengan izin Allah- apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya. Tidak layak bagi penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Seorang penuntut ilmu harus selalu hadir dalam majelis ilmu dan berusaha agar datang lebih awal di majelis tidak boleh terlambat karena menuntut ilmu lebih penting dari pada amalan-amalan sunnah dan wajib kifayah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan yang bermanfaat bagimu dan mintalah dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,' tetapi katakanlah,' ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki,' karena ucapan 'seandainya' akan membuka (pintu) perbuatan syeitan." (HR.Muslim)

4. MENJAUHKAN DIRI DARI DOSA DAN MAKSIAT BERTAQWA KEPADA ALLAH TA'ALA.
           Hal ini merupakan saran yang paling penting dalam memperoleh ilmu, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, 
                           وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"...Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah maha mengetahui segala sesuatu." (QS.Al-Baqarah: 282)

          Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikannya ilmu, dengannya ia dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Seorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat daapat menghalangi dari ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan, dan mendapatkan siksa Allah Ta'ala.

5. TIDAK BOLEH SOMBONG DAN TIDAK BOLEH MALU DALAM MENUNTUT ILMU.
          Ketahuilah bahwa sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Imam mujahid bin jabr rahimahullah berkata,
"Tidak akan mendapatkan ilmu orang yang malu dan orang yang sombong." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara mu'allaq dalam shahih-nya.) 

6. MENDENGARKAN BAIK-BAIK PELAJARAN YANG DISAMPAIKAN GURU.
          Kita diperintahkan mendengarkan dengan baik, secara seksama, dan mudah-mudahan kita termasuk orang yang baik-baik dan mengikuti yang terbaik. Ada diantara penuntut ilmu syar'i yang rajin menghadiri majelis-majelis, tetapi ia tidak mendapatkan ilmu dan tidak ada perubahan, karena ia tidak mengengarkan pelajaran yang disampaikan dengan penuh.                                                                   
                                                                                                                                 
                                                                                                                              ☼ فَبَشِّرْ عِبَادِ...
 الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَاب 

"...sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku ☼ yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS.Az-Zumar: 17-18).

7. DIAM KETIKA PELAJARAN DISAMPAIKAN.
          Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar'i kita tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar'i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Secara umum Allah Ta'ala menyebutkan tentang hal ini dalam firman-Nya,

                                 وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS.Al-A'raaf: 204)

8. BERUSAHA MEMAHAMI ILMU SYAR'I YANG DISAMPAIKAN.
           Dalam memahami pelajaran, manusia berbeda-beda keadaannya, ada yang langsung tanggap dan memahami [elajaran yang disampaikan, ada pula yang lambat. Namun, kita harus senantiasa berusaha memahami dan memohon kepada  Allah agar diberikan pemahaman. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits bahwa rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
     "Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akam memberikan pemahaman agama kepadanya." (HR. Ahmad)

Kiat-kiat Memahami Pelajaran Yang Disampaikan.
a. Mencari tempat duduk tepat dihadapan Guru.
b. Memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman.
c. Bersungguh-sungguh untuk mencatat faedah-faedah pelajaran.
d. Tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan.
e. Tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama.
f. Mengulangi pelajaran setelah kajian selesai.
g. Bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang dipelajari.

9. MENGHAFALKAN ILMU SYAR'I YANG DISAMPAIKAN.
          Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang  mendengar perkataanku, kemudian memahaminya, menghafalkannya, dan mengamalkannya. Banyak orang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya.... ." (HR. At-Tirmidzi)
          
          Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a kepada Allah agar Dia memberikan cahaya kepada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka, kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-qur'an dan  hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

10. MENINGKATKAN ILMU ATAU PELAJARAN DENGAN TULISAN.
          Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, point-point penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits, dan perkataan para sahabat dan ulama atau berbagai dalil bagi suatu permasalah yang dibawakan oleh syaikh atau gurunya. Tujuannya agar ilmu yang disampaikan oleh guru tidak hilang dan terus tertancap didalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Karena daya tangkap atau kemampuan menghafal dan memahami pelajaran berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Selain itu, dengan mencatat pelajaran ia memahami dan menghafalnya. Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
          "Ikatlah ilmu dengan tulisan." (Hadits hasan: diriwayatkan oleh ibnu 'Abdil Barr)

          Seorang penuntut ilmu tidak boleh bakhil atau pelit untuk membeli buku tulis, ball point, dan berbagai sarana yang dapat membantunya untuk mendapatkan ilmu. Dalam memnuhi kebutuhannya itu dia tidak boleh bergantung kepada orang lain, tidak boleh meminta-minta, tidak boleh merepotkan orang lain, dan bakan ia harus bersikap zuhud dan qana'ah.

11. MENGAMALKAN ILMU SYAR'I YANG TELAH DIPELAJARI.
           Hal ini sangat penting karena ilmu syar'i yang telah dipelajari adalah untuk diamalkan, bukan sekedar dihafalkan. Para ulama menasehati kita bahwa menghafal ilmu dengan cara mengamalkannya.
          Menuntut ilmu syar'i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntunan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, maka siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaannya, dan ganjaran pahala yang besar. Allah Ta'ala berfirman,

                                          وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
" Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Qz-Zukhruf: 72)

12. MENDAKWAHKAN ILMU.
          Ilmu syar'i yang telah kita pelajari bukanlah untuk kita sendiri, namun kita harus mendakwahkannya. Syaikh 'Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Maksudnya, yaitu berdakwah mengajak kepada syari'at Allah Ta'ala yang dibawa oleh Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam berdasarkan  tiga atau empat tingkatannya, yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,
       
           ☼ ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik... ." (QS. An-Nahl: 125)
          Dan cara yang keempat adalah firman Allah Ta'ala,

        ☼وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ 
 "Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka... ."(QS. Al-'Ankabuut: 46)

          Yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu apabila mengajak manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamb, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. dengan ilmu, seseorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnanya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Artinya, setiap da'i, muballigh, juga ustadz wajib menuntut ilmu syar'i.
 ♦ Dakwah ini harus memenuhi tiga syarat:
a. Salaamatul mu'taqadi ('Aqidahnya benar)
b. Salaamatul manhaji (Manhajnya benar)
c. Salaamatul 'amali (Beramal dengan benar) 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kritik dan sarannya.